Tulisan Bebas

PENYEBAB RUSAKNYA HATI

 

 

    Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi ﷺ mengingatkan:

أَلاَ وَإِنَّ فِيْ الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam jasad ada segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).” (HR al-Bukhari dan Muslim)

 

Dalam konteks hadist tersebut yang di maksud Hati bukanlah organ manusia yang berada di rongga perut, yangmana berada di sebelah kanan tepat di bawah diafragma yang berfungsi sebagai penghancur dan penawar racun

Melainkan Hadits ini dimaknai dalam dua sudut pandang menurut kitab ihya’ ulumudin

Secara Jasmani yakni daging lonjong yg berada di dalam dada sebelah kiri (Jantung)

Secara Rohani Istilah qalb dimaknai sebagai “Lathifah rabbaniyah”  yang  mana sering kita sebut dengan “hati”.

(Hati yang bisa bicara kayak di film itu Loh..)

Hati memang tak kasat mata “ia ada, tapi tak terlihat” tapi pengaruhnya pada setiap gerak-gerik manusia amat menentukan. Ia tempat berpangkalnya niat. Jujur atau bohong, tulus atau tidak, hanya diketahui oleh Allah dan pemilik hati sendiri.

Di nuqil dari Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Munabbihât ‘ala Isti‘dâdi li Yaumil Mî‘âd memaparkan penjelasan Imam Hasan al-Bashri bahwa setidaknya ada enam hal yang membuat hati manusia menjadi rusak.

  • Pertama, Berbuat dosa namun berangan angan kelak ia pasti punya kesempatan bisa bertobat
  • Kedua, Berilmu tapi tidak mengamalkanya
  • Ketiga, Orang beramal, namun tidak ikhlas
  • Keempat, Tidak ridha akan pemberian atau karunia allah

Orang dalam tahap ini bukan hanya tdk mau mengucapkan rasa syukur, tapi juga kerap mengeluh karena merasa kurang

  • Kelima, Memakan rezeki Allah tapi tidak mau bersyukur

Syekh Nawawi al-Bantani dalam Nashaihul ‘Ibad mengartikan syukur dengan menggunakan anggota badan dan harta untuk sesuatu yang mendatangkan ridha Allah. Maksudnya, selain ucapan “alhamdulillah”, seseorang bisa dianggap bersyukur bila tingkah laku ataupun dalam penggunaan kekayaan kita, bukan untuk jalan maksiat kepada Allah ﷻ.

  • Keenam, Mengantarkan dan menguburkan orang mati tapi tidak mengambil pelajaran

Perlu di ingat dalam sebuah hadist Rasullulah SAW bersabda :

إِنَّ اْلقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِالآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَر مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجَ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ

“Sungguh liang kubur merupakan awal perjalanan akhirat. Jika seseorang selamat dari (siksaan)-nya maka perjalanan selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika ia tidak selamat dari (siksaan)-nya maka (siksaan) selanjutnya akan lebih kejam.” (HR Tirmidzi)

 

Kesimpulannya sebagai muslim kita wajib menjaga hati agar terhindar dari kerusakan.

Karena telah di ketahui bahwa hati adalah pangkal dari segala perbuatan, hati juga merupakan tempat berlabuhnya niat

Jadi .. tetap jaga selalu hatimu yahh ……!

 

Wallahu’alam bii showab

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Close