Terbangun dari tidur, sejenak kudiamkan tubuh yang seperti masih belum sadar dari mimpi yang indah. Sebentar kemudian kulangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu karena adzan Shubuh sudah memanggil manusia untuk mengajak berjamaah di Masjid. Setelah itu kulanjutkan kaki ini untuk melangkah berjamaah sholat subuh berserta dengan Wiridannya bersama dengan Romo Kyai Abdul Hannan Ma’sum, “maklumnya pengen sugeh….haha…”
Tepat pukul 06.40 WIS, kentong masjid memanggilku untuk melaksanakan aktifitas selanjutnya yaitu ngaji bersama dengan Romo Kyai. Di tengah pengajian saat aku sedang asyik mendengarkan keterangan Romo Kyai, aku menemukan sebuah cerita yang cukup asyik untuk disimak, sebuah cerita yang bisa diambil hikmahnya.
Cerita itu tentang perhatian khusus seorang guru terhadap murid. Seorang Kyai yang sangat perhatian kepada seorang santri yang disayangi, hingga menimbulkan kecemburuan sosial terhadap santri-santri yang lain dan membuat para santri saling bertanya satu sama lain.
“Hai kang, kamu tau nggak kenapa ya Romo Kyai selalu saja memperhatikan Bakar” tanya seorang santri.
“ya… nggak tau ya…” jawab santri yang lain
Tanpa mereka sadari ternyata Kyai mendengarkan pembicaraan para santri itu. Kemudian beliau mempunyai insiatif. Disuatu hari semua santri dikumpulkan dan setiap santri diberi satu ayam oleh Romo Kyai, tanpa terkecuali Bakar pun juga diberikan ayam,
“Sembelihlah ayam itu dimanapun, tapi jangan ada seorangpun yang tau!” perintah Kyai.
Kemudian semua santri melaksanakan tugas yang telah diperintahkan oleh Romo Kyai yaitu menyembelih ayam tanpa ada seorangpun yang tau. Ada yang menyembelihnya disawah, ada yang menyembelihnya di kuburan, di jeding, bahkan ada yang menyembelihnya didalam sumur. Kemudian setelah semua santri melakukan tugas dari Kyai, semua santri pun berkumpul dilapangan, kemudian Kyai bertanya pada semua santri
“Apakah kalian semua sudah melaksanakan tugas yang telah kuperintahkan?” tanya Kyai
“sudah Kyai…!!!” serentak semua santri menjawab.
Tapi ada satu santri yang tidak menjawab seperti yang lainya, orang itu adalah bakar. Bakar mengangkat tangannya dan memberitahu kepada Kyai bahwasanya ia belum menemukan tempat yang tidak ada seorang pun yang tau bahwa ia sedang menyembelih ayam.
“Apa yang membuatmu tidak menyembelih ayam seperti halnya teman-temanmu yang sudah melaksanakan tugas yang kuperintahkan?” tanya Kyai pada Bakar
“Saya tidak dapat menemukan tempat dimana tak seorangpun yang mengetahui perbuatan saya ketika melakukan penyembelihan ayam tersebut, karena Allah Maha Melihat” jawab Bakar.
Semua santri bingung bercampur kagum mendengar jawaban Bakar. Dan kemudian Kyai pun menjelaskan kepada semua santri,
“Kalian telah mendengar jawaban Bakar, sekarang kalian tau mengapa, santri yang selalu aku perhatikan khusus lebih dari kalian semua. Karena dia selalu memandang bahwa setiap perbuatan yang kita lalukan selalu dilihat oleh Allah Swt.”
***
Tak terasa sekian banyak Romo Kyai menjelaskan tentang keutaman seorang santri yang ma’rifat, jam dinding menunjukan pukul 08.00 WIS. Pengajian pagi ini telah usai. Tapi hatiku masih terbawa cerita tentang santri yang tadi, juga sang kyai yang ternyata mengisyaratkan apa yang dilakukan olehnya pasti berdasarkan alasan. dan betapa santri yang mendapak perhatian khusus darinya itu ternyata benar-benar mengajari makna rasa takut kepada Allah yang sesungguhnya, seolah mengajari: perbuatan kita tak akan lepas dari pandangan Allah, dan apa yang kita lakukan akan dicatat dan harus kita pertanggung jawabkan kelak di hari pembalasan kelak.
(kaiffa)
Facebook Comments