Kwagean Kita

AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH (ASWAJA)

AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH

Firqah Najiyah (selamat) adalah kelompok Ahlussunah wal Jama’ah. Firqah besar ini terdiri dari para ulama’ ahli hadits, ahli fiqih, ahli tasawuf, ahli kalam, ahli tafsir, dan lain-lain. Dan kebetulan dalam konteks ke-Indonesia-an, NU adalah Ormas Islam yang gigih menjaga dan melestarikan ajaran Ahlussunah wal Jama’ah, meskipun aliran atau faham diluar NU pun juga kerap mengaku sebagai bagian dari ajaran atau Madzhab Ahlussunah wal Jama’ah.

                Ahlussunah adalah madzhab yang mengikuti faham ajaran atau mengikuti sunnah Rassulullah S.A.W dan para shahabatnya. Dari sini menjadi jelas bahwa ajaran ahlussunah bukan ajaran baru, akan tetapi ajaran yang telah terkonsep semenjak Rasullulah S.A.W diutus menyampaikan risalah.

                Ahlussunah ialah ajaran Islam yang percaya adanya konsep Islam, Iman, dan Ihsan sebagai mana yang telah dijelaskan secara eksplisit oleh Rasullulah S.A.W dalam salah satu sabdanya yang populer. Ulama’ memberikan interpretasi 3 konsep diatas bahwasanya Islam adalah cabang ilmu fiqih, Iman adalah cabang ilmu tauhid dan Ihsan adalah cabang ilmu tasawuf.

                Menurut ulama, untuk sekarang ini, 3 pokok ajaran dalam madzhab ahlussunah adalah apabila dalam cabang tauhid mengikuti madzhab Asy’ari atau Maturidi, dalam cabang tasawuf mengikuti madzhab Imam Junaid Al Baghdadi, Imam Al Ghazzali dan yang sejalan dengan mereka. Sedangkan dalam cabang fiqih mengikuti madzhab Abu Hanifah, Malik bin Anas, as Syafi’i, dan Ahmad bin Hambal. Namun sekali lagi ini adalah ketetapan ulama dalam memberikan kriteria ahlussunah untuk masa sekarang ini. dengan begitu, keterangan ini tidak menafikan adanya madzhab-madzhab lain diluar madzhab empat, misalnya yang masih kita katakan sebagai bagian dari ahlussunah seperti madzhab ats-Tauri, Sufyan bin Uyainah, dan lain-lain. Hanya saja karena madzhab empat diatas sajalah yang masih banyak diikuti dan eksis serta pemikiran madzhabnya terdokumentasikan abadi oleh pengikutnya sampai zaman sekarang ini, maka tak salah jika ulama menetapkan hanya madzhab empat di ataslah yang dapat disebut sebagai madzhab yang boleh diikuti dalam ajaran Ahlussunah wal Jama’ah.

                Madzhab Asyari adalah madzhab yang berseberangan dengan kelompok Salafiyah kala itu. Dan sekarang ini pun perselisihan terus berlanjut dan bahkan menjadi obyek penyesatan dan pembid’ahan yang dilakukan oleh penerus Salafiyah, yakni sekte Wahabiyyah yang dikenal militan dan mudah menganggap sesat dan mengkafirkan kelompok lain. Sehingga tak aneh, jika kitab Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari karya agung al-Hafidz Ibnu Hajjar al-Asqolani pernah dibakar oleh mereka, lantaran dalam menafsirkan ayat sifat, beliau mengikuti konsep madzhab Asy’ari. Oleh karena itu, kiranya para muslimin jangan kaget bila para Wahabiyyun sekuat tenaga menyalahkan dan mengkoreksi kitab tersebut, lantaran mereka yang sangat kagum terhadap al-Hafidz Ibnu Hajjar, akan tetapi disatu sisi mereka tidak rela dan sangat dilematis, karena beliau adalah pengikut Asy’ariyah yang jelas-jelas sangat dibencinya.

                Sekedar untuk meyakinkan bahwa ajaran Asy’ari adalah ajaran tauhid yang benar, berikut ini kami sampaikan beberapa nama ulama pengikut Asy’ariyyah yang kami kutip dari beberapa kitab dan sumber yang terpercaya. Diantaranya adalah:

  1. AL-Hafidz Abu Hasan ad-Daraqutni
  2. AL-Hafidz Abu Nuaim al-Ashbahani, penulis Hilyah al-Auliya’
  3. AL-Hafidz al-Hakim an-Naisaburi, penulis al-Mustaadrak
  4. AL-Hafidz Ibni Hibban
  5. Al-hafizh Al-Baihaqi
  6. Al-khatib al-Baghdadi
  7. Al-hafizh as-shaqowi
  8. Syaihk al-islam ibnu shalah
  9. Syaihk ibnu Daqiq al-Id
  10. Al-hafizh ibnu Abi jumroh al-Andalusi
  11. Al-hafizh al-Mundziri, penulis at-Tharghib wa at-Tarhib
  12. Syaihk waliyullah ad-Dhihlawi, penulis hujah Allah al-Balighah
  13. Imam Al Ghazaly, Pengarang kitab Ihya’ ‘Ulumiddin.
  14. Imam An Nawawi (Guru Besar Ahlussunnah wal Jama’ah dan pengarang kitab Syarah Shohih Muslim).
  15. Imam Rofi’i Asy Syafi’i.
  16. Sayyid Abbas Al Maliki.
  17. Sulthon Salahuddin Al Ayyubi.
  18. Imam Diya’uddin Al Maqdisi.
  19. Imam Al Bajuri, penulis kitab al Bajuri ibnu Qosim.
  20. Ibnu Hajjr Al Haitami.
  21. Imam al-Qurthubi (Guru besar tafsir dan pengarang kitab tafsir al-Jami’li ahkam Al Qur’an).
  22. Imam Zarkasyi.

Dan masih banyak lagi Ulama-ulama yang mengikuti Madzhab Asy’ari.

Izzuddin bin Abdissalam mengatakan bahwa sesungguhnya akidah mazdhab Asy’ari telah di sepakati oleh semua ulama as-Syafi’iyah, Malikiyah, Hanafiyah dan para petinggi ulama hanabillah. Diantaranya adalah guru mazdhab malik yang hidup dengan sejaman dengan imam al-asy’ari, yaitu syaikh Abu Amr al Hajib dan guru besar mazdhab Hanafi, Jamaluddin al-Husyairi.

                Imam al-Asnawi dalam Al-Iddrak Fi Funun, tentang berbicara dengan imam al-Asy’ari, mengatakan bahwa beliau adalah pahlawan Ahlussunah wal Jama’ah yang membela dari kebatilan kelompok mu’tazilah dan kelompok-kelompok bid’ah lain dengan lisan dan dengan penanya, mempunyai banyak karya tulis dan popularitasnya tidak butuh lagi di sebutkan.

                Qadhi Ibnu Farihun al-Maliki dalam ad-Dibaj al-Mazdhab fi ma’rifah A’yan al- Madzhab bahwa imam asy’ari bermadzhab al-Maliki dan penulis berbagai karya pembela ahlussunah serta beliau adalah pahlawan dalam menegakkan hujjah untuk membela panji-panji sunah dan memberangus segala bentuk ragam bid’ah. Hal senada juga dikatakan olah Qadhi Iyad al-Malik dalam Tartib Al-Madarik.

                Sayyid musthofa bin Abdillah Alatas dalam akiqah imam Asy’ari menyebutkan bahwa ulama Malikiyyah dan safi’iyaah  semuanya bermazdhab al-Asy’ari, sepertiga ulama Hanafiyah bermazdhab Asy’ari dan segolongan ulama hanabillah juga bermazdhab Asy’ari. Sedangkan dua pertiga ulama Hanafiyyah bermazdhab maturidi.

                Al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam uqud al-Almasyi (hal.89) setelah membicarakan tentang anjuran untuk memperkokoh dan menjaga akidah dengan golongan yang selamat (al-Firqoh an-Najjiyah) dan membicarakan kebenaran akidah asy’ariyyah, mengatakan bahwa para habaib keturunan syaidina husain R.A yang terkenal dengan sebutan keluarga Abi Alawi semuanya mengikuti mazdhab asy’ariyyah. Bahkan pada hlaman 91 pada kitab yang sama, beliau mensyairkan satu syair yang berbunyi “jadilah kamu golongan asy’ari dalam akidahmu, karena sesungguhnya madzhab tersebut merupakan jalan yang bersih dari segala penyelewengan dan kesesatan”.

                Iman al-Khayali mengatakan dalam hasyiyah Syarah al-Aqaid bahwa mazdhab asy’ariyah adalah Ahlussunnah wa al-Jama’ah.

                Senada dengan ucapan yang apresiatif diatas, Ibnu Hajar al-Haitami dalam Thath-hir al-Janan wa al-Lisan (hal. 7) mengemukakan bahwa, “jika ahlusunah waljamaah disebutkan secara mutlak, maka yang dimaksudkan adalah para pengikut Abul Hasan al-Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi”.

                Penghargaan setinggi-tingginya kepada mazdhab asy’ariah dan Maturidiyyah juga datang dari Thasy Kubri Zadah (di kutip dari Dr. Fathullah Khulaif dalam kitab at-Thauhid hal.7), beliau menegaskan “ Ketahuilah bahwa pelopor ahlussunnah wal jama’ah dalam ilmu kalam adalah dua orang, yang satunya bermazdhab Hanafi dan yang satunya bermadzhab Syafi’i.  Seseorang yang bermadzhab Hanafi adalah Abu Mansur Muhammad Bin Muhammad Bin Mahmud al-Maturidi, seorang panutan yang mendapat petunjuk Allah. Sedangkan yang bermazdhab asy-Syafi’i adalah Syikh As-Sunnah, pimpinan golongan, pimpinan ahli kalam, pimpinan penolong sunah Rosulullah SAW. pembela agama, pejuang dalam menjaga akidah muslimin, Abul Hasan al-Asy’ari al-Bashri”.

Diambil dari kitab Benteng Ahlussunnah wal Jama’ah karya Nur Hidayat Muhammad.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Close