Kwagean Kita
Munajatnya Ahli Ibadah
“al Faatihah….”, Romo KH. Abdul Hannan membuka pengajian wajib selasa sore di masjid al ‘Arif Kwagean.
Suasana hening sejenak oleh bacaan suratul Fatihah seluruh santri.
“Sebagian ahli Ibadah bermunajat kepada Allah di waktu malamnya…..”, lanjut beliau.
“Ia berbisik kepada Allah, “wahai Allah, panjangnya angan-angan telah menipuku. Sedangkan Engkau telah mencela angan-angan melalui firman-Mu:
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ [الحجر : 3
“Biarkanlah mereka –orang-orang kafir- (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” Tambah beliau menyempurnakan munajat yang pertama.
Sejenak seluruh santri menghayati kandungan dari ungkapan tersebut. Mereka menangkap secercah pemahaman bahwa di dunia ini, angan-angan/khayalan dapat melalaikan mereka dari Allah.
“Sedangkan cinta dunia telah menjatuhkanku pada kerusakan”, beliau melanjutkan munajat yang kedua.
Lalu beliau membubuhinya dengan sebuah hadits Rasulallah ﷺ:
“Barang siapa yang hatinya dicampuri dengan cinta dunia, maka ia akan bertemu dengan tiga hal, yakni celaka yang kepayahannya tiada henti-hentinya, keserakahan yang tidak membuatnya kaya, dan angan-angan yang tiada ujungnya (kosong).” Riwayat Imam Thobaroniy.
“Kemudian…..”, lanjut beliau, “Wahai Allah, Syaithan telah menyesatkanku dan nafsu yang memerintah pada keburukan telah mencegahku dari perbuatan yang benar”.
Dalam hal ini Sayyidina ‘Ali berkata: “Aku khawatir terhadap kalian akan dua hal, yakni mengikuti hawa nafsu dan panjangnya angan-angan. Karena mengikuti hawa nafsu dapat mencegahmu melakukan perbuatan yang benar dan panjangnya angan-angan dapat melalaikanmu terhadap akhirat.”
Syekh Abu Sulaiman ad-Daroniy juga berkata: “Perbuatan yang paling baik adalah tidak menuruti hawa nafsu.”
Lalu yang terakhir beliau menuturkan, ”Teman yang buruk dalam ma’siat telah membantuku melakukan kema’siatan.”
Mengenai yang terkahir ini Syekh ‘Adiy ibn Zaid menembangkan sebuah syair (bahr Thowil):
عَنِ الْمَرْءِ لَاتَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ # فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارِنِ يَقْتَدِى
اِذَا كُنْتَ فِى قَوْمٍ فَصَاحِبْ خِيَارَهُمْ # وَلَاتَصْحَبِ اْلأَرْدَى فَتَرْدَى مَعَ الرَّدِى
“Mengenai perihal seseorang, janganlah engkau tanya kepadanya, tapi bertanyalah pada temannya. Karena perihal temannya pasti ikut dengannya. Ketika engkau berada di tengah-tengah suatu kaum, maka bertemanlah dengan orang-orang yang baik di antara mereka. Dan janganlah engkau berteman dengan orang-orang yang hina, yang menyebabkanmu menjadi hina.”
“Wahai Allah Dzat yang memberi pertolongan pada orang-orang yang meminta pertolongan, berilah pertolongan pada hamba-Mu ini. Jika Engkau tidak memberi kasih sayang kepadaku, maka siapakah dzat selain Engkau yang dapat memberikan kasih sayang padaku ini.” Lanjut beliau mengakhiri munajatnya ahli ibadah.
Begitulah para ahli ibadah dalam bermunajat kepada Allah. Ia mengakui statusnya sebagai hamba yang harus berbakti/beribadah kepada-Nya dengan penuh keikhlasan agar mendapat ridlo-Nya.
“al Faatihah……….”
Mudah-mudahan kita semua dapat mengambil hikmah dari pengajian kali ini.
Kwagean, 22 Februari 2018 M
Facebook Comments