KWAGEAN

KEUTAMAAN PUASA TARWIYAH & ARAFAH BESERTA NIATNYA

 

         Puasa merupakan salah satu ibadah yang begitu dianjurkan, terlebih di hari-hari mulia. Dan diantara waktu-waktu yang mulia adalah 10 hari awal di bulan Dzulhijah, yang mana di dalamnya mencakup hari tarwiyah dan Arafah. Hari Tarwiyah sendiri yaitu  hari  tanggal 8 Dzulhijjah, sedangkan hari Arafah, satu hari setelahnya, yakni tanggal 9 Dzulhijah. Adapun motivasi dan keutamaan ibadah terlebih puasa di waktu ini didasarkan pada redaksi beberapa hadits diantaranya:

صوم يوم التروية كفارة سنة وصوم يوم عرفة كفارة سنتين

Artinya, “Puasa hari Tarwiyah dapat menghapus dosa setahun. Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa dua tahun,” (HR Abus Syekh Al-Ishfahani dan Ibnun Najar).

        Dikatakan, hadits ini dhaif (kurang kuat riwayatnya) tapi para ulama memperbolehkan mengamalkan hadits yang dhaif dalam cakupan fadla’ilul ‘amal (untuk merengkuh keutamaan), ditambah hadits yang dimaksud, status ke dhaifanya tidak begitu parah[1]. Selain itu dalam konteks kita kali ini, mengenai keutamaan puasa hari Arafah dan Tarwiyah, terdapat keumuman hadis yang menjelaskan bahwa sepersepuluh bulan Dzulhijjah termasuk dari hari-hari yang mulia. Ibnu Abbas r.a meriwayatkan Rasulullah s.a.w bersabda:

   ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام يعني أيام العشر قالوا: يا رسول الله! ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك شيء  

 “Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah, daripada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya : ‘Ya Rasulullah, walaupun jihad di jalan Allah? Sabda Rasulullah, ‘Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian kembali tanpa membawa apa-apa.” (HR Bukhari)

                Bagi orang yang hendak berpuasa sunnah Tarwiyah (puasa sunnah pada 8 Dzulhijjah) dan sunnah Arafah (puasa sunnah pada 9 Dzulhijjah)  dianjurkan niat pada malam hari sebelum masuk waktu Subuh. Untuk  niat puasa Tarwiyah lafalnya berikut ini:

 نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلهِ تَعَالَى

 Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Tarwiyah esok hari karena Allah SWT.”

Adapun lafal niat puasa Arafah:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى

Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Arafah esok hari karena Allah SWT

Namun, bagi mereka yang hendak melaksanakan puasa Tarwiyah maupun Arafah tapi belum sempat niat di malam hari, dapat meniatkan puasa pada siang harinya. Dikarenakan kewajiban meletakkan niat puasa di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib. Untuk puasa sunnah, niat boleh dilaksanakan sejak subuh dan berakhir sampai tergelincirnya matahari (masuk waktu Zuhur),  hal ini dengan catatan selagi yang bersangkutan belum melakukan hal-hal  yang membatalkan puasa.

Berikut ini  niat puasa Tarwiyah pada siang hari:

 نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلهِ تَعَالَى.

Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Tarwiyah hari ini karena Allah SWT.”

Sedangkan untuk niat puasa Arafah pada siang hari sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى

Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Arafah hari ini karena Allah SWT.”

Semoga kita diberi taufiq oleh Allah agar mampu mengamalkannya. Wallahu a’lam wabillaahi at-taufiiq.

 

 

[1]السيد محمد علوي المالكي الحسني, المنهل اللطيف(هيئة الصوة المالكية) ص67