Stres merupakan tanggapan seseorang terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam (Pandji Anoraga, 2009: Psikologi Kerja.). Dalam kbbi, kata “stress” adalah bisa bermakna “kekacauan mental”, sedangkan “galau” bisa bermakna “kacau tidak karuan”. Dan dari pengertian tersebut maka akan menghimpun pada satu akibat, yaitu “ambyar” yang bermakna “tidak terkonsentrasi lagi”.
Walhasil, Stres atau galau dan hati yang sedang ambyar merupakan suatu kondisi yang melibatkan mental atau psikologis dalam menghadapi sebuah tekanan, beban atau persoalan. Dalam ranah pesantren, galau bisa terjadi dikarenakan beberapa hal. Misalnya, kiriman tak kunjung datang/telat, susah hafalan, rindu keluarga, rindu kampung halaman, patah hati karena ditinggal menikah oleh orang yang disukai dan lain sebagainya. Akibatnya strres atau galau membuat seseorang akan sulit berpikir secara jernih, susah tidur, nafsu makan menurun, pikiran ambyar kacau tidak karuan dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, mengetahui cara mengatasi stres atau galau adalah hal yang sangat penting, supaya diri dapat merespon baik pada banyak situasi mendatang, sehingga dapat kembali menjalankan ibadah dan rutinitas secara positif, lebih berfokus dan tidak ambyar.
Sebagaimana yang di dikutip oleh syekh imam Nawawi Al-Bantani dalam kitab beliau, nashoihul ibad (kitab pengajian selasa sore di Pesantren Fathul ‘Ulum Kwagean oleh Romo kh. Abdul Hannan ma’sum), bahwa stres atau galau merupakan hal yang sebenarnya dapat di kelola dan ditangani. Beliau, syekh imam Nawawi Al-Bantani dalam kitabnya, pada bab ketiga maqalah ke 12 mengutip, bahwasanya ada tiga perkara yang dapat menghilangkan stres, yaitu sebagai berikut:
Diriwayatkan dari sebagian hukama(ahli hikmah):
ثَلاَثَةُ أَشْيَاء تُفَرِّجُ الغُصَصَ : ذِكْرُ اللّٰهِ تَعالىَ وَلِقَاءُ الأَوْلِيَاءِ وَكَلاَمُ الحُكَمَاء
“Tiga perkara yang dapat menghilangkan kegalauan(pikiran stres/prihatin) yaitu dzikir (mengingat) kepada Allah Swt., silaturrahim kepada para wali Allah dan memperhatikan nasihat hukama(ahli hikmah). ”
Pertama, Berdzikir kepada Allah. Berdzikir kepada Allah dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, misalnya dengan membaca tahlil (لاإله إلا الله), hauqalah (لاحولا ولاقوة إلا بالله), atau dengan bermunajat kepada- Nya dengan cara membaca doa sebagai berikut:
ياَ مُغِيْثَ كُلِّ مَلْهُوْفٍ ناَدَاهُ وَياَ مُجِيْبَ كُلِّ مُضْطَرٍّ دَعاَهُ وَياَ حَلِيْماً عَلَى كُلِّ ذِيْ هَفْوَةٍ عَصاَهُ وَياَ قاَئِماً بِالْكِفاَيَةِ لِمَنْ اٰثَرَهُ عَلَى دُنْياَهُ أَسْئَلُكَ الْوُصُوْلُ اِلَى مَالاَ اَصِلُ اِلَيْهِ بِمَعُوْنَتِكَ وَدَفْعَ ماَلاَ اَطِيْقُ دَفْعَهُ اِلاَّ بِقُوَّتِكَ وَاَسْئَلُكَ خَيْرَةً فِيْهاَ عَافِيَةٌ وَعاَفِيَةً فِيْهاَ خَيْرَةٌ بِرَحْمَتِكَ ياَ اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
“Wahai Dzat Yang Maha Penolong setiap orang yang merana, yang menyeru kepada-Nya. Wahai Dzat Yang Maha Mengabulkan doa orang yang sengsara. Wahai Dzat Yang Maha Bijaksana terha-dap setiap orang yang bersalah dan durhaka. Wahai Dzat yang mencukupi setiap orang yang lebih mementingkan-Mu daripada dunianya. Aku memohon kepada-Mu untuk dapat mencapai sesua-tu yang tidak dapat aku gapai tanpa pertolongan-Mu, dapat meno-lak sesuatu yang tidak dapat aku menolaknya melainkan dengan kekuatan-Mu dan aku memohon kepada-Mu kebaikan yang penuh sejahtera dan kesejahteraan yang penuh dengan kebaikan. Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih di atas semua yang berbelas kasih. ’’
Kedua, silaturrahim kepada para wali Allah. yang dimaksud dengan para wali Allah adalah para ulama dan orang-orang sholeh.
Ketiga, memperhatikan nasihat hukama(ahli hikmah). hukama(ahli hikmah) yaitu mereka yang nasihatnya menunjukkan kepada kebaikan dunia dan akhirat.
Demikianlah cara mengatasi stres atau kegalauan yang disampaikan oleh syekh imam Nawawi Al-Bantani dari sebagian ahli hikmah. semoga kita dapat mengamalkan serta mengambil hikmah dari apa yang beliau sampaikan, dan semoga kita terhindarkan dari galau berkepanjangan sehingga dapat menjalankan ibadah dan aktifitas secara normal tanpa dihadapkan pada persoalan dan permasalan yang kita tidak sanggup menanggungnya.
(Dor)