KWAGEAN

Memuji Ilmu dan Mencela Kebodohan

Sesungguhnya ilmu (belajar dan mengajarkannya) merupakan amal yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah, karena ada dalil-dalil yang menjelaskannya. Diantaranya adalah firman Allah:

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dalam ayat ini Allah menjelaskan martabat/derajat orang-orang berilmu. Allah memulai dengan menyebutkan dzatnya di susul dengan malaikat dan kemudian ahli ilmu. Ini menunjukan bahwasannya ahli ilmu memiliki derajat yang tinggi dan mulia.

            Dalam ayat lain Allah menjelaskan:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ

Katakanlah, “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakal lah yang dapat menerima pelajaran.

Maksud dari ayat ini adalah sesungguhnya tidak akan pernah sama antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang bodoh baik di dunia maupun di akhirat. Karena Allah mengutamakan dan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al Mujadalah ayat 11:

يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ

Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ini semua dikarenakan ilmu dapat menuntun seseorang mengetahui hal-hal yang baik dan buruk. Disamping itu, ilmu juga merupakan pokok dari semua ibadah dan sumber dari segala kebaikan sama seperti halnya kebodohan adalah pokok dari segala keburukan dan sumber dari semua bencana.

Habib Abdullah ibn ‘Alawiy al Haddad berkata: “Kebodohan adalah penyebab dari segala keburukan/kejelekan, dan tempat tumbuhnya segala bahaya, ia dan orangnya termasuk dalam hadits Rasulullah saw.:

“الدُّنْيَا مَلْعُوْنَةٌ, مَلْعُوْنٌ مَا فِيْهَا, اِلَّا ذِكْرَ اللهِ وَمَا وَالَاهُ, وَعَالِمًا وَمُتَعَلِّمًا”

Artinya: “Dunia itu dilaknati dan apa-apa yang ada didalamnya, kecuali dzikir pada Allah, perkara yang menolongnya, orang ‘Alim dan orang yang menuntut ilmu.”

Beliau juga mengatakan dalam kitab Risalatul Mu’awanah, “bahwa sesungguhnya orang yang beribadah tanpa ilmu, kemadlorotan (bahaya) yang kembali padanya lebih besar daripada kemanfaatannya.”

Ada sebuah cerita, bahwa ada seorang laki-laki yang bersungguh-sungguh dalam beribadah. Dan ia memiliki seekor himar betina. Tapi ia tidak menggunakan himar tersebut kecuali untuk melampiaskan nafsunya (menghindari zina dengan wanita lain). Ini semua ia lakukan karena ia tidak mengetahui bahwa menyetubuhi hewan hukumnya adalah haram. Setelah ia mengetahui bahwa menyetubuhi hewan adalah haram, ia menyesali dan menangisi perbuatan yang telah ia lakukan. Lalu ia bertaubat.

Kemudian, seandainya seorang hamba beribadah kepada Allah seperti halnya ibadahnya Malaikat-malaikat di langit tapi dengan tanpa ilmu, maka ia termasuk orang-orang yang merugi. Maka dari itu, seorang hamba wajib bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan menjauhi sifat bermalas-malasan, jika tidak, maka dikawatirkan ia akan terjerumus pada kesesatan sebab kebodohannya itu, karena kebodohan termasuk akhlak yang tercela dan penyebab segala kerusakan.

(Tim kaiffa, dikutip dari kitab Manhajus Sawiy).