Manusia dalam perjalanan hidupnya, di tuntun oleh empat hal; instink, indra, akal dan wahyu. Dengan instink, manusia mengetahui kapan tubuh membutuhkan makan dan kapan membutuhkan minum, instink memandu tubuh pada rasa lapar dan haus. Dan dengan indra, manusia bisa merasakan, meraba dan melihat sehingga bisa membedakan antara banyak benda. Akan tetapi, dua petunjuk tersebut bukan hanya manusia yang memiliki, hewan juga memilikinya. Yang membedakan antara manusia dan hewan adalah akal. Manusia dianugerahi akal oleh Allah sebagai pemandu yang bisa membedakan antara patut atau tidak, baik atau buruk dan lain-lain. Dengan kecerdasan akal, manusia pun mampu memecahkan masalah yang rumit(problem solving), mengelola alam dan menciptakan sebuah peradaban.
Akan tetapi hanya dengan pemandu tersebut diatas, manusia belumlah mampu menuju ke kebenaran sejati yang membawa pada kedamaian hidup. Banyaknya keruntuhan martabat manusia terjadi tak lain karena disebabkan oleh perkelahian insting yang saling berebut makanan dan harta benda, pertikaian antara manusia yang terjadi karena saling berebut memuaskan indra, dan terjadinya peperangan tak lain karena perbedaan pendapat yang lahir dari kekeliruan akal. Oleh karenanya, Tuhan yang maha pengasih memberikan petunjuk tertinggi bagi manusia berupa wahyu, yang setelah dibukukan disebut kitab suci. Dan kitab suci Al-quran adalah petunjuk yang sempurna bagi manusia, karena mengandung kebenaran yang tidak ada keraguan didalamnya, “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”(Al-Baqarah : 2).
Selain sebagai petunjuk tertinggi, Al-quran adalah juga pemandu yang mampu menyeimbangkan antara tiga pemandu lain dengan jalan kedamaian dan keselamatan. Manusia yang mengikuti petunjuk dari Al-quran maka tidak akan tersesat dan tidak akan celaka, “…..Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha: 123).
Namun, seperti firman yang telah disebutkan diatas, Al-quran sebagai petunjuk hanyalah efektif bagi mereka yang bertaqwa dan orang yang menundukkan insting, indra, akal serta percaya sepenuhnya kepada kebenaran wahyu. Bagi orang yang mendewakan petunjuk selain Al-quran, melepaskan nafsu dan membiarkan instink, indra dan akal bergerak liar serta tidak percaya kepada kebenaran wahyu (kafir), meskipun wahyu itu juga dimaksudkan memberi petunjuk untuk mereka, maka wahyu tidaklah efektif bagi mereka. Bagi mereka diingatkan atau tidak, sama saja, tidak percaya kepada kebenaran wahyu, “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.” (Al-Baqarah : 6).
Waallahua’lam.
(kaiffa.)