Kerinduan hati akan penyucian jiwa-jiwa insan yang kamil, mengantarkan kita sejenak untuk mengingat kembali sejarah agung yang tidak mungkin kita lupakan. 9 abad yang lalu, saat faham-faham filsafat merebak dikalangan ahli Filsuf, seorang ‘Ulama’ berkebangsaan Irak melakukan perenungan panjang atas kebimbangan akan ilmu filsafat yang telah merasuk kedalam jiwanya.
Hingga ia mengatakan, “Di saat aku sudah mempelajari ilmu filsafat dan kudapatkan pemahaman mengenainya serta bisa mengetahui apa saja yang salah di dalamnya, saat itu juga aku menyadari kalau hal ini belum memenuhi tujuanku sepenuhnya dan bahwa intelektualitas tidak langsung bisa memahami atau menyelesaikan semua masalah.”
Seiring ketidakpuasannya dengan ilmu Filsafat, hal ini justru menuntunnya untuk mempelajari ilmu-ilmu sufisme. Sehingga beliau dikenal dengan sebutan Ahli Sufi. Beliau adalah Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al Ghazaliy.
Setelah perenungannya yang panjang itu, lahirlah sebuah maha karya yang monumental dalam bidang Tasawwuf Moderat kazanah Islamiyyah, yakni kitab Ihya’ ‘Ulumiddin. Sebuah kitab yang layak dikaji oleh semua orang, bahkan ada yang berhujjah, bahwa manakala tidak ada al Qur’an, kitab inilah yang pantas menggantikannya.
Sampai saat ini di atas hamparan bumi yang kita tempati, ratusan santri mengaji dan mengkaji lembaran demi lembarannya, karya agung sang Hujjatul Islam. Dan akhirnya tibalah kita saatnya berada digaris akhir pengkajian kitab monumental tersebut.
Tak ada kata yang pantas selain kata syukur yang kami haturkan kepada Illahi Robbi Azza wa Jalla, berkat rahmat dan pertolongan-NYA lah Pesantren Fathul Ulum telah dapat mensukseskan acara khataman kitab Ihya Ulumiddin. Sekitar 679 Khotimin dan Khotimat yang telah disetujui oleh Pondok Putra dan Pondok Putri Fathul ‘Ulum untuk mengikuti khataman Ihya’ ‘Ulumiddin di Pesantren Fathul ‘Ulum, yang tergabung dari para santri muqim, alumni, dan juga para simpatisan dari berbagai penjuru.
Pagi itu sebelum Romo KH. Abdul Hannan membacakan halaman akhir dari kitab ihya, terlebih dahulu dibacakanlah nama – nama khatimin dan khatimat oleh yang bertugas, selanjutnya pada pukul 07.30 wis dimulailah prosesi khataman dengan ditambah mauidhah hasanah langsung oleh beliau sendiri. Hal ini dilengkapi juga dengan pembacaan sanad kitab Ihya Ulumiddin dan kitab Jam’ul Asanid, dan acara diakhiri dengan mushafahah bersama.
Setelah dikhatamkan kitab Ihya tersebut, malam harinya dilangsungkanlah pengajian akbar, yang diisi oleh KH. Nurul Huda Jazuli dari PP. Al Falah Ploso Mojo Kediri hingga selesai. Dan pada malam berikutnya diadakan hiburan music Jaffin, Al Kawaqib dari Singosari Malang.
Ada yang berpendapat bahwa kitab Ihya’ adalah laksana intan yang sangat langka dan tak ternilai harganya, yang jika seorang santri mondok bertahun-tahun, namun ia belum mengaji dan mengkaji kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, maka ia belum mendapatkan sesuatu yang sangat berharga yang seharusnya menjadi tujuan yang paling utamanya. Meskipun ia sudah mengaji banyak kitab.
Adapun seorang santri meski alim, namun bila belum pernah mengkaji kitab Ihya tersebut, maka belum dikatakan benar – benar sebagai santri yang alim. Dan semoga dengan barokah doa para masayikh kita dapat mengamalkan apa yang tertulis dalam kitab Ihya Ulumiddin ini, amin…..
Galery Fhoto Tasyakuran Ihya’ ‘Ulumiddin