Maqalah yang ke tiga belas….
Diceritakan dari Abdullah bin Mas’ud r.a; bahwasannya terdapat empat perkara yang dapat menyebabkan hati menjadi gelap, yakni perut yang terlalu kenyang ( perut yang diisi melampaui kapasitasnya, yakni melebihi sepertiga usus), sepertiga usus adalah ukuran kenyang menurut syara’, apabila melebih batas tersebut maka dapat menyebabkan hati menjadi gelap.
Factor yang kedua ialah; bergaul dengan orang-orang Dzalim. Yakni orang-orang yang berpaling dari perkara benar dan beralih kepada perkara yang bathil.
yang ketiga ialah; lupa akan dosa-dosa yang pernah dilakukan, yakni melupakan dosa-dosa yang pernah diperbuat dengan tanpa ada perasaan menyesal.
Yang ke-empat adalah; angan-angan yang panjang, maksudnya memikirkan dan mengharap-harap perkara yang sulit diwujudkan.
Hadits Nabi;
عَنْ عَلِىٍّ أنَّ رسولَ اللهِ صلّى اللهُ عليهِ وسلم قال: إِنّ أشدَّ ما أتَخَوّفُ عليكم خَصْلَتَانِ : اتباعُ الهَوَى فإنه يَعْدِلُ عَنِ اْلحَقِّ وَأَمَّاطُوْلُ الأَمَلِ فَالحُبَّ للدُنيا * رواه ابن ابي الدنيا
Diceritakan dari Ibnu Abi Dunya, sahabat Ali r.a berkata; terdapat empat prilaku yang dapat menjadikan hati menjadi terang, yakni perut yang kosong (lapar) dengan mawas diri.
Yang kedua adalah bergaul dengan orangorang shalih. Yang ketiga mengingat-ingat dosa yang pernah dilakukan dengan penyesalan. Yang terakhir adalah tidak panjang angan-angan (seperti yang di atas).
Diceritakan dari Abu Thayib, beliau berkata; ‘’Barang siapa mau bergaul dengan delapan golongan, maka Allah SWT akan memberikannya delapan perkara. Yakni barang siapa yang bergaul dengan orang-orang kaya, maka Allah akan memberikanya sifat cinta dunia. Dan barang siapa mau bergaul dengan orang-orang fakir maka Allah akan memberinya rasa syukur dan redho akan bagian yang telah Allah berikan kepada dirinya. Barang siapa bergaul dengan para penguasa (pejabat), maka Allah akan memberinya hati yang keras dan sombong. Dan barang siapa bergaul dengan wanita, maka ia akan diberikan kebodohan dan syahwat. Barang siapa yang bergaul dengan anak-anak, maka Ia akan diberi sifat kekanak-kanakan (suka bermain). Barang siapa yang bergaul dengan orang-orang fasiq, maka ia diberi sifat berani melakukan dosa-dosa dan menunda-nunda taubat. Barang siapa yang bergaul dengan orang-orang shalih, maka ia diberikan sifat taat. Dan yang terakhir, barang siapa bergaul dengan orang-orang alim, maka ia akan diberikan ilmu dan mampu beramal ”.
Maqalah yang ke- empat belas ialah diriwayatkan dari Khatim al Ashom, beliau berkata; barang siapa mengeklaim dirinya mempunyai empat sifat tanpa adanya empat indikator, maka pengakuannya adalah bohong, dan tidak diterima. seperti ucapan sebagian Ulama’ dalam bakhar Khofif ….
إن تكن فارسا فكن كعلي …. أو تكن شاعرا فكن كابن ها ني
كل من يدعي بما ليس فيه …. كـــــــــــــذبته شواهد الامتحان
“Jika engkau menjadi seorang pengendara kuda, maka jadilah pengendara seperti syaidina Ali r.a atau bila engkau menjadi seorang penyanyi, maka jadilah penyanyi seperti Ibnu Hani (seorang penyanyi terkenal). * Setiap orang yang mengaku memiliki suatu hal, yang mana hal tersebut tidak ada pada dirinya, maka ia akan dinyatakan berbohong oleh beberapa saksi berupa ujian (pembuktian)”.
Sebagi contoh dari dua bait di atas ialah; seseoarang yang mengaku cinta kepada Allah, namun ia tak mau berhenti melakukan perkara yang dilarang oleh Allah, maka pengakuannya tersebut adalah sebuah kebohongan, karena ia berani mendekati larangan Allah. (setelah adanya pembuktian).
Barang siapa mengaku cinta kepada Nabi SAW, namun ia tidak mencintai fakir miskin, maka pengakuanya itu adalah suatu kebohongan. Karena fakir miskin adalah orang-orang yang dicintai oleh Nabi SAW.
Barang siapa mengaku cinta dengan surga, namun ia tak mau bersedekah dengan hal yang muda baginya, maka pengakuanya adalah bohong. Dan barang siapa mengaku takut masuk neraka, namun ia tak mau berhenti dari melakukan dosa, maka pengakuannya adalah bohong.
Nabi bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abi Huraira r.a, bahwa neraka itu di kelilingi oleh beberapa perkara yang disukai oleh nafsu, dan surga dikelilingi oleh beberapa perkara yang tidak sukai nafsu. Hadits tersebut merupakan ungkapan yang bersifat universal dari ucapan Nabi dalam kasus menghina beberapa perkara yang disukai oleh nafsu dan juga memuat motifasi untuk melakuakan kebaikan. Seakan-akan Nabi berkata; “seseorang tidak akan sampai masuk Surga kecuali ia melakukan perkara yang berat, dan tidaklah akan masuk neraka melainkan ia melakukan perkara-perakara yang disukai oleh nafsu, maka barang siapa merusak pagar neraka (Hijab), maka ia akan dapat masuk kedalamnya”.
Maqalah yang ke lima belas………
Diriwayatkan oleh hadist Nabi SAW, bahwa beliau berkata; “tanda-tanda orang-orang yang celaka itu ada empat, yakni orang yang lupa akan dosa-dosa yang ia perbuat, serta ia tidak mau menyesalinya, padahal jumlah maksiat, waktu, dan tempat melakukan dosa yang pernah ia lakukan telah di catat oleh Allah SWT.
Yang ke-dua, mengingat-ingat kebaikan yang telah ia lakukan, padahal ia tidak tahu apakah kebaikan tersebut diterimah oleh oleh Allah SWT atau tidak, dan ia memandang kepada orang yang lebih unggul darinya dalam hal duniawi (ia mengoreksi dirinya lantas tidak ridha atas bagian yang diberikan oleh Allah untuknya). Dan ia memandang orang yang berada di bawahnya dalam segi agama, (yakni dalam amal shalih dan ia tidak mau bersyukur atas nikmat yang diberikan untuknya).
Allah SWT telah berfirman; “Aku menghendaki orang-orang dengan cara mencegah datangnya duniawi kepadanya, dan juga menolongnya untuk kuat melakukan ketaatan, namun ia tidak mengharap ridhaku dan syukur kepadaku, maka aku meninggalkannya (tidak memberikan pertolongan).
Dan tanda-tanda keberuntungan itu ada empat hal, yakni ingat akan dosa-dosa yang pernah ia perbuat dengan penyesalan dan minta ampun.
Yang ke-dua, melupakan amal baik yang telah ia lakukan, seakan-akan kebaikan tersebut tak pernah ia lakukan, karena kebaikan tersebut tidaklah tidaklah dapat dipastikan bersih dari penyakit (sombong dll).
Yang ketiga, ia memandang orang yang di atasnya dalam segi agama, dan ia mau mengikuti orang tersebut.
Yang ke-empat, ia memandang orang-orang di bawahnya dalam segi duniawi, maka ia bersyukur atas nikmat yang diberikan kepadanya.
NASHOIHUL ‘IBAD….
TIM KAIFFA ,3-JAMADIL ULA -1438