Suatu ketika kang Joko mendengar sebuah berita dari desa sebelah bahwa terdapat seorang yang bergelimang harta, bahkan ada yang mengatakan orang itu paling kaya di daerah tersebut namun kikir. Mendengar hal tersebut kang Joko berniat menyadarkan orang tersebut dengan kemampuannya yang Khowariqul ‘Adat, untuk itu kang Joko mencari informasi mengenai orang kaya tersebut. Ternyata nama orang tersebut adalah pak Riyan. Pak Riyan mempunyai seorang anak gadis yang sangat cantik jelita, yang telah lulus dari sekolah kedokteran dari Australia, Tami namanya. Dan pak Riyan mempunyai rumah mewah, beberapa pabrik besar dan ribuan ternak sapi, tak heran bila ia menyandang sebagai orang terkaya di kecamatannya namun ia sangat pelit dan tak taat pada agama.
Untuk itu kang Joko dengan fikirannya yang sangat cerdas mengatur beberapa siasat tuk menyadarkan pak Riyan. Suatu malam kang Joko dengan penampilan cupu ia bertamu ke rumah pak Riyan. “Ada perlu apa anda kesini nak?” Tanya pak Riyan, “saya kesini bermaksudmelamar Tami pak!” sahut kang Joko. “kamu dari mana dan namamu siapa, kerjamu apa, lulusan apa, gajimu sebulan berapa juta?” Timpal pak Riyan pada kang Joko dengan pertanyaan yang bertubi-tubi dengan nada sinis karena melihat penampilan kang Joko yang sangat cupu, jawab kang Joko “ saya dari desa sebelah pak, saya anaknya petani, lulusan SD dan tak berpenghasilan tetap karena saya kerja membuat bata merah dirumah”. “Apa…?? Lancang….!!! Kamu tau anak saya lulusan kedokteran dari Australi yang paling cantik di daerah ini, dan saya ini orang kaya nomer satu dikecamatan ini,sahut pak Riyan.” “Tapi saya bisa menafkahi anak bapak tanpa itu semua pak” jawab kang Joko. apalah arti sebuah kemewahan dan pangkat di dunia ini pak, yang maha kaya adalah Allah SWT, sang penguasa seluruh alam, meski bapak kaya tapi bila lalai dalam agama maka bapak dan keluarga akan rugi di akhirat kelak”. tambah kang Joko. “aku tidak butuh ocehanmu bocah, bila kamu tak suka silahkan enyah dari sini, aku puas dengan apa yang aku miliki karena ini semua adalah tujuanku”. Kemudian karena kang Joko merasa ditolak lamarannya ia pun keluar dari rumah itu.
Sepulang dari rumah kang Joko dalam hatinya berkata “ ya allah izinkanlah aku menolong hambamu yang lupa dan jauh dari ridhomu, aku melakukan ini karna mencari ridhomu”. Seminggu kemudian keadaan rumah pak Riyan yang dulunya bahagia dan serba elegan tiba-tiba suasana panas menyelimuti keluarga pak Riyan, tiba-tiba seluruh kran air dari sumur rumahnya pak Rian mati besertaan keringnya air di sumur-sumurnya, banyak ternak-ternak pak Riyan mati terserang penyakit, dan istri tercinta pun sakit mendadak dengan sakit yang aneh dan tak kunjung sembuh, dan tak lama kemudian anak semata wayangnya pun mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kedua kakinya lumpuh.usaha-usaha pak Riyan banyak yang bangkrut sehingga hartanya tersisa 30% dari kekayaannya, pak Riyan telah usaha kemana-mana namun usahanya tak kunjung ada hasil, bahkan semakin merosot, ditambah istri dan putri semata wayangnya yang hanya bisa berbaring dan duduk dikursi roda yang menambah pusing pak Riyan. Saat menjelang senja pak Riyan duduk di teras rumah sembari melamun datanglah penjaga kebunnya, “ingatkah bapak kejadian dua bulan yang lalu?” tanya kang Roni, “apa maksudmu ron?”, tanya pak Riyan, “dulu bapak pernah memaki-maki seorang yang melamar anak bapak, konon lelaki muda itu adalah seorang yang terkenal dengan karomahnya”. terang kang Roni, “maksudmu apa ron?” Tanya pak Riyan yang kedua. “mungkin semua yang menyebabkan ketidakharmonisan rumah bapak itu karena kemarahan pemuda itu, Ialah seorang pengembara muda yang terkenal dengan kewaliannya, Menurut sebagian berita ia adalah seorang anak dari Kyai dari negri Melayu, kemudia ia mengembara dan kini ia singgah di sebuah plosok desa dengan seorang lelaki usia lanjut, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada bapak, mohon bapak sedia untuk meminta maaf pada pemuda itu, karena hanya dengan demikian keharmonisan rumah bapak bisa kembali seperti semula”. terang kang Roni. “Baiklah ron, sekarang kamu saja yang kesana memintakan maaf untukku kepada pemuda itu” timpal pak Riyan. “baik pak” jawab kang Roni.
Keesokan harinya kang Roni mencari kang Joko dan sesampainya disana kang Joko sedang membuat bata merah, “maaf kang mas, kedatangan saya kesini karena di utus juragan saya tuk memintakan maaf pada kang mas atas segala kesalahan juragan saya pada kang mas!.” “untuk apa?” sahut kang Joko sembari tetap membuat bata tanpa memandang kang Roni yang ada didepannya. “juragan saya mengakui kesalannya bahwa telah menolak kang mas sebagai menantunya” jawab kang Roni. “baiklah kalau memang juraganmu berkeinginan seperti itu suruh dia datang sendiri kesini” sahut kang Joko. “baik kang mas”, sahut kang Roni. Kemudian kang Roni sesampainya dirumah mengatakan keinginan kang Joko, kemudian dua hari setelah itu pak Riyan menjumpai kang Joko. Tak ada yang beda di tiap-tiap harinya kang Joko selalu membuat bata merah. Dengan tiba-tiba pak Riyan mendekap kedua kaki kang Joko layaknya pengemis, “ maafkan aku nak mas atas segala kesalahku padamu, aku telah menolakmu dan mencacimu, oleh sebab itu semua orang yang aku cintai dan semua hartaku terkena imbasnya, dan kini bersediakah nak mas menikahi putriku?, Tapi putriku kini lumpuh karena kecelakaan sebulan yang lalu”, Pinta pak Riyan. “baiklah aku bersedia menikahi putri bapak tapi dengan dua syarat”, pinta kang Joko. “apapun akan saya lakukan asalkan keluaraku menjadi harmonis kembali”, terang pak Riyan. “baiklah, syarat yang pertama anda harus melaksanakan rukun islam dan rukun iman dengan sepenuhnya, yang kedua semua sapi bapak harus di shodaqohkan pada kaum yang tidak mampu dan masjid-masjid karena beberapa hari lagi akan dilaksanakan idul adha”, terang kang Joko. “baiklah nak mas, hanya itu kah permintaanmu?”, tanya pak Riyan. “oh ya dan sebulan lagi bawalah anak perempuanmu kesini, akad pernikahannya dilaksanakan di sini”. “Baiklah”, jawab pak Riyan. “tapi mohon sembuhkanlah istriku yang kini sakit parah”, pinta pak Riyan. “bawalah air ini lalu minumkan pada istrimu, insya allah lekas sembuh”, kata kang Joko dengan mantab. “terimakasih nak mas!”,
Sebulan kemudian pak Riyan beserta keluarga datang ketempat kang Joko singgah, kemudian berlangsunglah akad nikah dengan khidmat, namun Tami merasa tak berguna di hadapan kang Joko karena lumpuhnya, lalu setelah akad nikah selesai kang Joko bertanya pada Tami, “wahai istriku, apakah kamu ingin bisa berjalan seperti dulu kala?”, “ia kang mas”, jawab Tami. lalu kang Joko mengambilkan segelas air dan menyuruh tami meminumnya, “minumlah air ini sebagian, dan yang sebagian oleskan pada kedua kakimu!”. kemudia Tami melakukan apa yang kang Joko pinta, lalu kang Joko mundur dari hadapan Tami sepanjang lima meter, kemudian pinta kang Joko, “berdirilah!, lalu dengan rasa takut tami mencoba berdiri, lalu dengan usahanya tami bisa berdiri, lalu kang Joko berkata “ larilah kepadaku dan peluklah aku!”, akhirnya tamipun lari dan memeluk kang Joko dengan erat dan mencium kening kang Joko dengan penuh mesra….
Sekian….
Kwagean, 13 Desember 2016